Konstruksi Pada Jembatan Beton Bertulang

Jembatan dibutuhkan untuk menghubungkan satu daerah dengan daerah yang lainnya yang mungkin terpisah karena rintangan. Rintangan ini bisa karena sungai, lembah, jurang dan lain sebagainya. Fungsi jembatan sendiri diantaranya ialah  memperpendek jarak, mempermudah distribusi dan transportasi di lain pulau maupun daerah. Dalam perencanaan konstruksi jembatan terdapat dua bagian yang menjadi titik fokus yakni bangunan bawah atau dikenal dengan sub struktur dan bangunan atas atau super struktur. Salah satu jenis jembatan yang banyak digunakan ialah jembatan beton bertulang.

Apa Itu Jembatan Beton Bertulang ?

Jembatan beton bertulang merupakan jembatan yang kontruksinya menggunakan material beton dan  biasa digunakan untuk kontruksi jalan raya. Jembatan beton bertulang biasa memiliki bentang 15-25 meter. Bagian struktur jembatan bertulang sendiri terdiri dari bangunan atas, landasan, bangunan bawah, pondasi, oprit dan bangunan pengaman jembatan.  Struktur pondasi beton umumnya bertulang tebal hingga 25 cm.  Beton bertulang sendiri merupakan beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah tulangan tidak kurang dari nilai minimumnya. Selain beton bertulang ada pula beton prategang yang banyak digunakan saat ini.

Sifat Beton Bertulang

Pemilihan bahan beton juga dilatarbelakangi beberapa alasan selain mudah ditemukan di berbagai daerah. Beton sendiri terdiri dari campuran agregat alam yakni kerikil, pasir dan perekat yang mana dibuat dari air dan semen. Bahan beton memiliki keunggulan diantaranya ialah sebagai berikut :

  • Daya Tekan Kuat

Keunggulan pertama dari bahan beton ini ialah memiliki daya tekan yang cukup tinggi dibandingkan bahan lainnya.  Daya tekan untuk jembatan beton bertulang pada umur 28 hari bisa mencapai ? 20 MPa. Untuk jembatan beton prategang bisa mencapai 30 Mpa.

  • Lentur

Beton juga dikenal memiliki daya tarik lentur. Kekuatan kelenturannya saja bisa  membuatnya kuat untuk dilewati walau masih berumur 28 hari.

  • Awet

Kelebihan lainnya dari beton bertulang ialah awet digunakan karena tidak mudah sekali lapuk. Berbeda dengan jembatan yang menggunakan kayu mudah sekali lapuk dan dimakan rayap.

  • Murah Meriah

Kelebihan lainnya dari beton bertulang ialah murah meriah. Walaupun murah namun umur pakainya bisa sangat lama sehingga nyaman sekali digunakan untuk lalu lintas.

Walau keliatannya memiliki banyak manfaat namun jembatan beton bertulang juga memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan itu diantaranya ialah konstruksinya lebih rumit sehingga butuh pengawasan lebih dalam kualitas dan pembangunnanya. Ketika rusak maka biaya perawatannya juga tinggi dan sulit untuk diperbaiki apalagi jika anda melakukan kesalahan dalam pengecoran.

Beban Yang Dihitung Dalam Perencanaan Jembatan

Dalam merencanakan jembatan anda juga perlu memperhitungkan beberapa beban. Beban tersebut diantaranya ialah sebagai berikut :

  • Beban Primer

Beban ini ialah muatan utama dalam perhitungan tegangan dalam jembatan yang mana mencakup  beban hidup dan beban kejut serta beban mati.

  • Beban Mati

Ialah berat jembatan itu sendiri yang mana menggunakan nilai berat volume untuk bahan-bahan bangunan.

  • Berat Hidup

Berat hidup merupakan kendaraan atau muatan yang hilir mudik pada jembatan ini. tak hanya kendaraan saja namun juga beban orang yang melewatinya.

  • Beban Kejut

Beban kejut adalah perhitungan pengaruh getaran, tegangan  yang dikalikan koefisien kejut.

  • Beban Sekunder

Beban sekunder merupakan muatan sementara  yang mengakibatkan tegangan-tegangan. Beban sekunder bisa berupa angina, gaya rem hingga perbedaan suhu dapat mempengaruhi daya tahan dari jembatan itu sendiri. Bagaimana sekarang anda mulai paham kan tentang jembatan beton bertulang setelah membaca ulasan diatas ? Semoga membantu

Sejarah Penggunaan Beton Bertulang

penggunaan beton bertulang

Dalam dunia Konstruksi, beton bertulang tentunya bukan hal yang asing lagi. Bahkan untuk membuat konstruksi bangunan saat ini banyak yang telah menggunakan konsep beton bertulang. Untuk lebih mengenal tentang beton bertulang kali ini kita akan membahas sejarah penggunaan beton bertulang. Langsung saja kita simak pembahasannya dibawah ini.

Apa Itu Beton Bertulang?

penggunaan beton bertulang

Beton bertulang adalah suatu campuran yang terdiri atas batu kerikil atau batu pecah, pasir dan pengikat yang biasanya menggunakan semen. Campuran bahan tersebut selanjutnya dijadikan satu dan dibuat adonan menggunakan air. Jika sudah kering biasanya akan membentuk sebuah masa seperti batuan.

Lalu untuk penahan bebannya, beton bertulang ini akan dilengkapi dengan kerangka. Kerangka tersebut terbuat dari susunan besi. Fungsi kerangka adalah untuk menahan beban dan beton supaya tidak mengalami pergeseran.

Awal Ditemukannya Beton Bertulang

Beton pertama kali digunakan pada tahun 1850 oleh seorang warga perancis yang bernama Joseph Monier dan Joseph Lambot. Pada saat itu, mereka sedang membuat perahu dan beton diberi tulang yang berasal dari kawan besi yang disusun secara pararel.  Karena itulah kedua orang tersebut dinyatakan sebagai penemu konsep beton bertulang.

Tahun 1867 Joseph Monier berhasil memperoleh hak paten dari hasil karya yang diciptakannya. Hasil karya tersebut berupa kolam penyimpan air yang dibuat dari bahan beton dan diberi tulang konstruksi dari anyaman tulang besi. Penggunaan konsep ini sendiri ternyata mampu menghasilkan konstruksi yang lebih ringan tapi bagian betonnya tetap memiliki kekuatan yang maksimal.

Sejak saat itulah, Joseph Monier semakin sering memperoleh hak paten dari penggunaan konstruksi beton bertulang pada bangunan yang lebih besar seperti bendungan, jembatan dan lain sebagainya. Selanjutnya, seorang warga inggris yang bernama William E. Ward di tahun 1875 berhasil menciptakan bangunan dengan menggunakan konstruksi tulang beton pertama di Amerika Serikat. Hanya saja, dia mengatakan bila ide pembuatan bertulang ini asalya dari para tenaga kasar atau buruh di Inggris. Dua tahun berikutnya yaitu 1877,  Thaddeus Hyat dari Amerika berhasil membuat analisa mengenai ketahanan beton pada panas api.

Di sisi lain E.L Ransome yang berasal dari San Fransisco di tahun 1870 berhasil menemukan beton bertulang yang berbentuk ulir. Penemuan ini selanjutnya mendapatkan hak paten pada tahun 1884 atas namanya sendiri.

Perkembangan Beton Bertulang

Pada dasarnya beton bertulang memiliki ciri utama pada penampang yang melinting dan menggunakan bentuk bujur sangkar serta diputar atau diulir dalam satu putaran. Ukuran panjang yang umumnya digunakan adalah kurang dari 12 kali diameter tulang. Dengan begitu ikatan yang ada antara tulang dan beton jadi semakin kuat. Dari sini selanjutnya konsep penggunaan dan pengembangan dari teknologi beton bertulang terus berubah sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan berbagai inovasi baru yang dilakukan oleh para ahli konstruksi.

Saat ini sistem perhitungan dan prinsip yang digunakan dalam menghitung beban beton bertulang ada dua yaitu W.S.D dan U.S.D. Untuk perhitungan W.S.D menggunakan elastisitas yang merupakan perbandingan modulus elastisitas baja dan beton. Sedangkan U.S.D adalah cara perhitungan yang didasarkan pada kekuatan dan daya tahan paling tinggi dari bahan beton bertulang melawan tingkat kelenturan tulang.

Kelebihan dan Kekurangan Beton Bertulang

penggunaan beton bertulang

Penggunaan beton bertulang pada konstruksi memiliki beberapa keuntungan seperti bentuknya dapat dibuat sesuai dengan keinginan dan kebutuhan. Selain itu, karena tertutup rapat dengan campuran pasir dan semen, besi yang dijadikan sebagai tulang dan kerangka konstruksi tidak akan pernah mengalami pengeroposan karena karat.

Keuntungan lain dari penggunaan beton bertulang adalah tidak membutuhkan suatu sistem perawatan yang khusus. Dengan begitu jika sewaktu-waktu terjadi gempa, beton bertulang tidak akan mudah mengalami pergeseran. Bahkan untuk tanah yang keadaanya tidak bagus juga tetap bisa menggunakan beton bertulang.

Meski memiliki banyak kelebihan, tentunya beton bertulang juga memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan tersebut diantaranya jika ingin mengubah desain rumah atau bangunan, maka anda harus membuat konstruksi yang baru. Apabila anda ingin melakukan pembongkaran, konstruksi beton tersebut tidak akan bisa digunakan lagi.

Hal yang Perlu Diperhatikan Sebelum Membuat Basement Gedung

membuat basement gedung

Pada sebuah gedung bertingkat, pasti mempunyai basement di dasarnya . Bentuk dan fungsi basement gedung sendiri beraneka ragam. Namun dalam pembuatannya harus memperhatikan beberapa hal berikut ini. 

Membuat Basement Gedung, Apa yang Perlu Diperhatikan?

Sebelum membangun sebuah basement tentunya tidak bisa dilakukan asal-asalan. Sebaliknya banyak hal yang harus diperhatikan. Berikut ini adalah beberapa hal yang wajib anda perhatikan dalam pembuatan basement.

  • Bahan yang Digunakan untuk Dinding Basement

Dinding basement harus dibuat dengan kuat dan kokoh. Tujuannya agar awet dalam  tekanan tanah dan air. Untuk itulah akan lebih baik jika Anda menggunakan sheet pile yang terbuat dari baja atau beton. Ketebalan sheet pile harus 15-17 cm.

  • Memperhatikan Garis Basement

Saat membangun basement, pastinya Anda harus berhati-hati. Perhatikanlah tempat garis sepadannya yang tepat. Selain itu perhatikan juga struktur basement. Tujuannya agar tidak mengganggu apa yang sudah ada di dalam tanah seperti pipa air. 

  • Memperhatikan Kelembaban Basement

Salah satu masalah utama dari pembuatan basement adalah kelembaban. Untuk itulah pastikan Anda menggunakan cat tembok yang waterproof untuk dinding basement. Disamping itu penggunaan walpaper sangat tidak dianjurkan. Alasannya bisa menyebabkan jamur cepat tumbuh.

  • Total Biaya yang Diperlukan

Hal utama yang harus dipikirkan dalam membangun basement adalah biaya. Seperti yang kita tahu membangun basement perlu biaya yang tidak sedikit. Jangan sampai nantinya pembangunan berhenti ditengah jalan karena masalah biaya. Biar bagaimanapun pemberhentian ini juga akan berpengaruh pada kekokohan bangunan dasar basement.

  • Sirkulasi Udara

Hal yang tak kalah penting untuk diperhatikan dalam pembangunan basement adalah sirkulasi udara. Sirkulasi udara berfungsi untuk mengurangi kelembaban udara yang tinggi. Untuk itulah sirkulasi udara harus dipasang dengan benar. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan memasang saluran udara seperti exhaust fan. Selain itu Anda juga bisa memasang sebuah jendela kecil pada bagian samping.

Tahapan Membuat Basement Gedung

Umumnya ruang bawah tanah atau basement difungsikan sebagai basement parking, gudang atau food court. Letak dari basement sendiri ada dibawah tanah. Untuk itulah basement berpengaruh besar pada pondasi bangunan saat ada masalah. Agar tidak ada masalah pembuatan dan basement harus dilakukan sesuai dengan metode pelaksanaan pekerjaan basement  seperti:

  • Menggali Tanah

Tahap awal dalam membuat Basement adalah mengali tanah di lokasi yang akan dibangun. Pengalian ini dilakukan sesuai batas kedalaman yang sebelumnya sudah ditentukan sesuai dengan denah basement. Proses penggalian umumnya menggunakan alat seperti Beko atau excavator. Tujuannya supaya cepat selesai. Untuk pasir hasil galian selanjutnya diangkut dengan truk pasir.

  • Dewatering

Jika penggalian sudah selesai, proses selanjutnya adalah pengeringan tanah. Tujuannya supaya dapat dijadikan alas saat membangun pondasi. Sebelum proses dewatering atau pengeringan tanah, Anda harus memeriksa kandungan air dalam tanah lebih dulu. Pastikan pemeriksaan ini dilakukan di setiap lapisan. Agar lebih mudah Anda bisa menggunakan alat yang bernama piezometer untuk melakukannya.

  • Memasang Pondasi

Tahapan selanjutnya adalah pemasangan pondasi. Tahap ini dilakukan tentunya jika tanah sudah benar-benar kering. Pondasi berfungsj sebahai penahan beban bangunan. Jadi pada prosesnya benar-benar harus diperhatikan. Sistem untuk memasang pondasi biasanya menggunakan cara pemancangan. 

  • Pemasangan Beton Tulang

Setelah pondasi berhasil dipasang, pembobolan beton tulang harus dilakukan. Agar tingginya sama, maka beton ini harus dipasangkan secara manual

  • Pembuatan Dinding dan Lantai Basement

Tahap pembuatan dinding dan lain ini dilakukan dengan cara pengecoran. Saat pengecoran pastikan tidak ada kebocoran maupun keretakan dibagian yang telah dicor. Disamping itu, pengecoran juga harus sesuai dengan struktur dinding basement.

  • Finishing

Finishing adalah tahapan yang paling akhir. Jadi apabila proses pengecoran sudah selesai, Anda harus melakukan pemasangan pipa saluran dan instalasi listrik.

jika basement sudah selesai dibangun, bukan berarti basement langsung bisa digunakan. Basement harus diuji kelayakan lebih dulu. Cara pengujiannya sendiri umumnya menggunakan uji beban atau load rest.