Perhitungan Material Untuk Pengecoran

Perhitungan Material Untuk Pengecoran

Perhitungan Material Untuk Pengecoran – Membicarakan tentang pengecoran jelas tidak bisa lepas dari nama-nama material atau bahan bangunan seperti semen, pasir, split dan lain sebagainya. Bagi orang awam, pengecoran terlihat seperti percampuran bahan-bahan atau material bangunan saja. Faktanya, dalam melakukan pengecoran, anda atau orang yang bertanggung jawab akan hal ini harus melakukan perhitungan untuk material yang akan digunakan. Perhitungan ini juga tidak boleh asal dilakukan lho ya. Karena bisa berpengaruh pada hasil pengecoran.

Jenis Pengecoran

Perhitungan Material Untuk Pengecoran

Sumber: www.shutterstocks.com

Sebelumnya, anda harus tahu bahwa dalam melakukan pengecoran beberapa material yang dibutuhkan adalah pasir, semen dan split. Selain materialnya, dalam pengecoran ada perhitungan komposisi yang harus anda pahami juga. Faktanya dalam melakukan pengecoran ada dua tipe yang biasa dipilih yaitu site mix dan ready mix. Untuk pengecoran dengan tipe ready mix berarti cor beton yang sudah siap pakai. Jadi dengan ready mix anda tidak perlu memperhatikan komposisi atau perhitungan material karena anda membeli sudah dalam bentuk cor-coran yang siap pakai.

Jadi saat membeli beton ready mix ini, anda hanya perlu memesan kepada pihak penjual. Nanti pihak penjual akan menanyakan beberapaa hal termasuk volume beton yang akan dibangun hingga kualitas material atau beton yang anda butuhkan. Jadi pihak penjual sebenarnya memiliki beberapa beton ready mix dengan kualitas yang berbeda, dan anda sebagai pembeli bisa dengan mudah menyesuaikan kualitas mana yang anda butuhkan. Nanti, beton ready mix pesanan anda akan diantar ke lokasi pembangunan secara langsung oleh pihak penjual. Jadi anda hanya tinggal menggunakan saja.

Perhitungan Material Untuk Pengecoran

Karena kali ini kita akan mengulas mengenai perhitungan material untuk pengecoran, maka tipe yang akan kita ulas adalah pengecoran dengan site mix. Jadi untuk menghitung kebutuhan pengecoran, anda harus memperhatikan komposisi masing-masing material. Bagi anda yang sudah terbiasa dengan bangunan dan proyek pasti pernah mendengar dan mengenal istilah perbandingan material pengecoran 1:2:3 kan? Apa maksud dari perbandingan ini? Jadi maksud dari perbandingan di atas adalah perbandingan komposisi material yaitu 1 bagian untuk semen, 2 bagian untuk pasir dan 3 bagian untuk split.

Pada dasarnya di Indonesia sendiri perbandingan ini tidak memiliki standar ukuran yang pasti karena perbedaan takaran yang digunakan. Jadi di Indonesia, kita mengenal ada beberapa takaran yang digunakan untuk mengkombinasikan material pengecoran ini. Sebut saja ember, sekop hingga dolak. Meski berbeda takaran tapi tetap saja acuan yang digunakan sama yaitu 1 sak semen (pendekatan dari ukuran sak semen 50 kg dengan ukuran 10 cm x 40 cm x 60 cm). Untuk lebih jelasnya anda bisa melihat rinciannya berikut ini:

  • 1 sak semen sama dengan 5 sekop pengki

Jadi untuk penggunaan sekop, perbandingan 1:2:3 untuk pengecoran tadi menjadi 5 pengki semen, 10 pengki pasir dan 15 pengki split.

  • 1 sak semen sama dengan 1 dolak

Nah, untuk penggunaan takaran dolak maka perbandingan material untuk pengecoran menjadi 1 dolak semen, 2 dolak pasir dan 3 dolak split.

  • 1 sak semen sama dengan 0.024 m3

Sedangkan untuk ukuran m3 anda bisa menggunakan acuan 0.024 m3, 0.048 m3 dan 0.072 m3

Namun, anda juga perlu mengingat bahwa untuk menentukan perhitungan material untuk pengecoran ini, anda harus memperhatikan volume beton yang akan anda bangun. Komposisi material pengecoran akan dihitung dari pembagian masing-masing maerial terhadap volume beton yang akan dibangun.

Nah, semoga informasi di atas bermanfaat untuk anda semua ya.

Perbedaan Material pada Mutu Beton

perbedaan material pada mutu beton

Beton menjadi salah satu material yang populer digunakan untuk konstruksi. Faktanya ada beberapa jenis beton yang tersedia di pasaran, di mana beton cor menjadi primadona dalam beberapa tahun terakhir. Kepopuleran beton cor ini tentu tidak lepas dari praktisnya pemakaian yang membuat konstruksi bangunan berjalan lebih cepat. Nah, apakah Anda tahu bahwa perbedaan material pada mutu beton akan berpengaruh pada kekuatannya? Berikut ini akan dibahas secara singkat mengenai perbedaan material pada mutu beton:

Beton Kelas I atau Beton Non Struktural

Jenis beton yang pertama ini biasa digunakan untuk pekerjaan non structural. Pelaksanaannya pun tidak membutuhkan keahian khusus. Pengawasan yang dibutuhkan juga bersifat ringan dengan fokus pada mutu bahan saja. Jadi, pada beton kelas I ini kekuatan tekanan beton tidak terlalu menjadi syarat utama.

Jika Anda belum tahu, mutu beton kelas I ini juga sering disebut B0. Sesuai dengan kelasnya, beton ini tergolong ekonomis dengan tebal sekitar 5-7 cm. Pada dasarnya campuran mutu beton kelas I ini menggunakan Fly Ash dan Non Fly Ash. Fly Ash sendiri biasa digunakan untuk meminimalisir pengguaan semen. Komposisi material pada beton kelas I ini adalah Semen 274 kg, Pasir 1012 kg, Split/Kerikil 0 Kg, Air 215 L, Fly Ash 0 dan W/C Ratio 0.97.

Beton Kelas II

Jenis beton yang kedua ini biasa digunakan untuk pekerjaan structural. Penggunaannya sendiri membutuhkan keahlian yang cukup dan pengawasan dari ahli. Berbeda dengan beton kelas I, beton kelas II ini melalui pengawasan mutu yang sangat ketat secara berkelanjutan. Tak hanya itu, kekuatan tekanan beton juga menjadi hal yang penting untuk diperhatikan.

Beton kelas II sendiri tersedia dalam berbagai mutu standar seperti B1, K125, K175 hingga K500. Nama-nama sebutan untuk beton kelas II ini bukannya tidak memiliki makna. Misalnya K175, nama ini berarti bahwa si beton memiliki kekuatan tekanan 175 kg per meter persegi. Bagaimana dengan komposisi material pada mutu beton kelas II ini?

  • Beton K175 terdiri dari semen 326 kg, Pasir 760 kg, Kerikil 1029 kg, Air 215 L, Fly Ash 0 dan W/C Ratio 0.66
  • Beton K200 standar terdiri dari semen 352 kg, Pasir 731 kg, Kerikil 1031 kg, Air 215 L, Fly Ash 0 dan W/C Ratio 0.61
  • Beton K255 standar terdiri dari semen 371 kg, Pasir 698 kg, Kerikil 1047 kg, Air 215 L, Fly Ash 0 dan W/C Ratio 0.58
  • Beton K250 standar terdiri dari semen 384 kg, Pasir 692 kg, Kerikil 1039 kg, Air 215 L, Fly Ash 0 dan W/C Ratio 0.56
  • Beton K300 standar terdiri dari semen 413 kg, Pasir 681 kg, Kerikil 1021 kg, Air 215 L, Fly Ash 0 dan W/C Ratio 0.52
  • Beton K350 standar terdiri dari semen 448 kg, Pasir 667 kg, Kerikil 1000 kg, Air 215 L, Fly Ash 0 dan W/C Ratio 0.48
  • Beton K400 standar terdiri dari semen 466 kg, Pasir 654 kg, Kerikil 990 kg, Air 215 L, Fly Ash 0 dan W/C Ratio 0.46
  • Beton K500 standar terdiri dari semen 480 kg, Pasir 650 kg, Kerikil 1000 kg, Air 215 L, Fly Ash 0 dan W/C Ratio 0.50

Beton Kelas III atau Beton Struktural

Terakhir ada beton kelas III yang biasa digunakan untuk pekerjaan structural. Idealnya beton kelas III ini memiliki kekuatan tekanan lebih dari K125. Penggunaan beton jenis ini juga dibutuhkan keahlian khusus dan bahkan dibutuhkan laboratorium dengan peralatan yang lengkap. Tak cukup sampai disitu, proses pengerjaannya juga harus dilakukan oleh tenaga ahli dan pengawasan mutunya harus dilakukan secara terus menerus.

Tabel Konversi Umur Beton

tabel konversi umur beton

Ada banyak hal yang bisa diulas dari topik beton. Material bangunan yang satu ini memang memiliki keunikan dan kerumitan tersendiri. Salah satu hal penting yang perlu diperhatikan dalam pembuatan beton adalah mutu beton itu sendiri. Mutu beton menjadi salah satu hal yang harus diuji dan dibuktikan sebelum beton dilepas ke konsumen. Untuk menguji mutu beton, idealnya pengujian dilakukan saat beton berumur 28 hari. Lalu apakah pengujian tidak bisa dipercepat?

Tabel Konversi Umur Beton dari PBI

Faktanya, terkadang konsumen meminta hasil yang lebih cepat sementara idealnya kita harus menunggu hingga 28 hari terlebih dahulu sebelum beton siap diuji mutunya. Selain tuntutan konsumen, ada penyebab lain yang membuat beton bisa diuji sebelum umurnya 28 hari misal untuk mengetahui rancangan Job Mix Formula, keperluan bekisting hingga kelengkapan laporan monitoring mutu beton oleh QC beton.

Pada dasarnya PBI telah menyatakan bahwa meskipun umur beton belum mencapai 28 hari, tapi pengujian tetap bisa dilakukan di mana hasil pengujian ini akan dikonversi ke umur 28 hari dengan menggunakan faktor yang ditetapkan oleh PBI. Faktor-faktor yang ditetapkan oleh PBI ini adalah sebagai berikut:

Umur Beton (Hari) Faktor Konversi
3 0.4
7 0.65
14 0.88
21 0.95
28 1

Lalu bagaimana cara membaca atau memahami tabel konversi umur beton dari PBI ini?

Contoh Perhitungan

Untuk lebih mudah dalam memahami dan menggunakan tabel konversi umur beton ini, maka berikut ada contoh penggunaannya.

Misalkan ada rancangan campuran mutu beton dengan rencana kuat tekan K350. Setelah menyiapkan beton yang akan dijadikan sampel, maka dilakukanlah pengujian mutu saat beton berusia 7 hari. Dari proses pengujian diperoleh bahwa saat usia beton 7 hari maka hasil dari mutu beton adalah 210 kg/cm2. Nah, setelah melihat tabel konversi umur, untuk mendapatkan mutu K350 pada beton umur 7 hari maka minimal harus mencapai 0.65 x 350 yaitu 227.5 kg/cm2. Hasil uji yaitu 210 kg/cm2 ternyata lebih kecil dari perhitungan tabel konversi. Jadi ini menunjukkan bahwa beton tersebut tidak akan bisa memenuhi kriteria untuk mencapai K350.

Lalu bagaimana jika kita ingin menggunakan beton berusia 21 hari untuk K500? Anda hanya perlu menghitung 0.95 x 500 yaitu 475. Dari angka ini, Anda harus melihat hasil uji mutu beton saat beton berusia 21 hari. Jika hasilnya ternyata sama atau lebih besar dibandingkan 475 maka itu berarti beton tersebut layak dan sesuai dengan rencana untuk K500. Sebaliknya, jika nilai uji mutu beton tidak mencapai angka 475, maka beton dianggap gagal dan tidak layak untuk memenuhi kriteria K500.

Bagaimana, mudah bukan untuk menggunakan tabel konversi umur beton di atas?

Terlepas dari tabel konversi dari PBI di atas, sebenarnya Anda menggunakan umur beton di luar tabel tersebut. Namun perlu diingat bahwa perhitungannya memang sedikit lebih rumit. Tapi apakah ada pihak yang menggunakan konversi di luar faktor yang dirilis oleh PBI? Jawabannya tentu ada. Sebagai contoh para praktisi dan laboratorium beton milik instansi pendidikan serta perusahaan beton readymix seringkali menggunakan faktor umur konversi di interpolasi antara umur 7 dan 14 hari.

Lalu bagaimana cara mengetahui faktor konversi di umur beton selain 3, 7, 14, 21 dan 28 hari? Anda bisa menggunakan rumus berikut ini:

Faktor Konversi Umur (x) = 0,00006x3 – 0,00431x3 + 0,10087x + 0,13402

Huruf x dirumus ini bisa Anda ganti sesuai dengan umur beton yang diuji.

Semoga informasi di atas bermanfaat untuk Anda..

 

Cara Membuat Dak Beton Rumah Bertingkat

Dak adalah sebuah istilah yang berarti pembatas antara lantai dasar dengan lantai yang ada di atasnya. Namun dalam kesehariannya, dak ini juga sering kali ditunjukan sebagai konstruksi yang ada di bagian paling atas. Bahan untuk membuat dak ini juga umumnya berbeda-beda, bisa menggunakan beton, kayu dan tanah liat. Jadi jika diartikan, maka dak beton adalah pembatas lantai termasuk juga bagian atap yang terbuat dari bahan beton.

Kelebihan Dak Beton

Di poin pertama ini kita akan membahas mengenai kelebihan dak beton yang bisa menjadi pertimbangan Anda:

  • Jika dibandingkan dengan model atap runcing atau model tertutup, atap dak beton dapat menjadi sebuah tambahan ruang, misalnya saja sebagai ruang cuci. Hal ini karena bentuknya yang datar seperti lantai rumah biasa.
  • Penggunaan dak beton bisa memungkinkan untuk penambahan tinggi bangunan, misalnya saja dari model rumah 2 lantai menjadi rumah 3 lantai dan seterusnya sepanjang konstruksinya kuat dan memungkinkan.
  • Dak beton adalah salah satu jenis dak yang bisa dibilang paling kuat dan tidak mudah rusak. Tahan pada cuaca baik itu panas, hujan, ataupun terpaan angin kencang.
  • Jika ketebalan dak beton bisa dikerjakan dengan baik maka akan mampu meredam panas sinar matahari dengan baik. Namun meski begitu tetap saja banyak yang menambahnya dengan platfon gypsum dari bagian langit-langit demi kenyamanan ekstra serta estetika
  • Dak beton ini biaya perawatannya minim dan mudah sekali dibersihkan. Selain itu dak beton juga tidak harus dihiasi dan proses membersihkannya juga hanya dengan cara biasa, misalnya saja disapu dan disiram untuk menghilangkan debu.

Bagaimana Cara Membuat Dak Beton?

Pada umumnya dak beton dibuat dengan cara yang konvensional yaitu dengan menggunakan cor beton atau sistem pabrikasi. Sebagai pelat pembatas antara lantai rumah, maka pembuatan dak beton yang baik dan benar sangatlah penting dan wajib untuk diperhatikan secara teliti. Dengan membuat dak beton yang baik, maka daya tahan rumah untuk dan kualitas bangunan juga akan semakin terjamin.

Karakteristik sebuah dak beton yang baik harus mempunyai 4 poin utama seperti berikut ini:

  • Solid atau kuat supaya mampu menahan beban dan berat tanpa masalah
  • Cara pengerjaan yang rata dan halus, karena hal tersebut akan berpengaruh pada fungsi dan estetika rumah secara keseluruhan.
  • Efisiensi, artinya dak beton tersebut harus dibangun dalam waktu yang tepat dan tidak terlalu lama agar hasilnyapun tidak mudah retak atau keropos
  • Ekonomis, artinya dak beton juga adalah salah satu pilihan untuk membuat pelat lantai yang murah, jadi lebih irit.

Seorang kontaktor yang baik biasanya akan mulai membuat dak beton dengan cara menghitung dimensi lantai untuk bisa menaksir bahan dan material yang nantinya digunakan, peralatan yang diperlukan, misalnya saja seperti bor, serta jumlah tim kerja yang diperlukan. Selain itu kontraktor juga harus mampu mempertimbangkan waktu yang tepat untuk membuat dak beton agar hasil dak beton nantinya tidak melengkung, tidak rata atau bahkan retak karena tidak pas.

Tips Membuat Dak Beton

Anda ingin membuat dak beton? Simak tips-tipsnya berikut ini:

  • Pastikan menghitung dimensi dan jumlah besi tulangan dulu yang pas. Tujuannya adalah untuk membuat dak beron sesuai dengan ukuran ruangan. Hal ini karena penggunaan besi yang berlebihan tentunya sangat tidak dianjurkan karena bisa jadi malah akan menambah bobot struktur dan boros biaya pembuatan.
  • Untuk bisa menahan gaya tekan dengan baik, maka ketebalan dari dak beton haruslah cukup. Pada umumnya dak lantai beton sendiri dibuat dengan ketebalan 2 cm, sedangkan untuk bagian atapnya dak beton rata-rata menggunakan ketebalan minimal 8 cm.
  • Harus menyesuaikan antara kualitas dari dak beton dengan kebutuhan struktur, terutama untuk benda-benda yang nantinya akan diletakkan dalam ukuran bobot yang tidak lazim. Misalnya saja bila ada penambahan brankas pada titik-titik tertentu di lantai bagian atas, maka harus dipertimbangkan.
  • Anda harus memastikan dan memperhatikan pengadukan bahan agar benar-benar merata. Komposisi bahan adukan haruslah tidak terlalu cair atau terlalu kental serta tidak muncul segregasi atau butiran terpisah yang nantinya mempengaruhi kualitas pengerjaan dak beton nantinya.
  • Pastikan untuk menyiram air supaya terhindar dari pengerasan dak beton sebelum waktunya. Hal ini dapat juga diatasi dengan cara menaruh kain basah diatas permukaan lain supaya dak beton tidak terlalu cepat mengerasnya.

Semoga informasi di atas bermanfaat untuk Anda..