Seperti Apa Bangunan Tahan Gempa?

Bangunan tahan gempa sangat penting untuk diperhatikan terutama di Indonesia yang dilewati banyak lempengan sesar aktif dan gunung api. Dilansir dari Kompas, pada awal tahun 2022 saja sudah tercatat sebanyak 20 gempa bumi. Kemudian memasuki 2023 pun sudah banyak terjadi peristiwa pergeseran sesar dan aktivitas vulkanik. 

Karena itu timbul pertanyaan bangunan seperti apa yang mampu tahan dari gempa? Apakah ada ciri tertentu agar rumah dan hunian Anda memilikki risiko minimal apabila terjadi gerakan lempeng bumi? 

 

Ciri Bangunan Tahan Gempa

Agar Anda membangun atau menempati hunian yang tahan gempa ada beberapa ciri yang perlu Anda perhatikan. Dilansir dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan sumber lainnya, berikut diantaranya: 

Pondasi

Sebuah bangunan harus memiliki pondasi yang kuat. Begitu pula jika Anda menginginkan bangunan dengan risiko minimal dari gempa bumi Anda harus membangun pondasi yang kokoh. 

Rumah yang memiliki pondasi pada tanah yang keras dengan kedalaman minimal 60 – 80 cm adalah hunian yang baik. Pastikan juga untuk menghitung dengan baik penentuan kedalaman dan tulangan agar mendapat hasil maksimal. 

Struktur Harus Simetris

Agar bangunan dapat bertahan saat terjadi gempa bumi, struktur bangunan harus dirancang dengan simetris. Bentuk seperti ini memungkinkan distribusi massa yang merata pada setiap sisi bangunan. Dengan demikian mampu meminimalkan perbedaan tekanan dan tegangan pada seluruh area bangunan saat terjadi gempa. 

Gaya-gaya gempa dapat disebarkan secara merata pada setiap sisi bangunan. Di sisi lain, pada struktur bangunan yang tidak simetris, distribusi massa tidak merata dan terjadi perbedaan tekanan dan tegangan pada beberapa bagian bangunan. Hal ini dapat memicu terjadinya kerusakan atau bahkan keruntuhan pada bagian-bagian tertentu dari bangunan tersebut.

Bahan yang Ringan

Salah satu ciri bangunan tahan gempa adalah penggunaan bahan dengan bobot ringan. Salah satunya adalah baja ringan. Hal ini dikarenakan bobotnya tidak membebani struktur bangunan. 

Karena itu mampu meminimalkan risiko kerusakan akibat gempa. Baja ringan juga memiliki kekuatan dan kekakuan yang tinggi sehingga dapat memberikan stabilitas struktur bangunan. Pada saat proses pembangunan pun lebih hemat waktu dan dana karena mudah dipasang dan dirakit. Oleh karena itu, penggunaan bahan bangunan dengan bobot ringan dapat menjadi pilihan yang tepat untuk membangun bangunan tahan gempa yang kokoh dan aman.

Menggunakan Mortar

Mortar, yang terbuat dari campuran semen, pasir, dan air, lebih baik dalam membangun bangunan tahan gempa. Hal ini dikarenakan kekuatan tekan dan daya rekatnya yang baik. Kekuatan tekan mortar memungkinkan bangunan untuk menahan gaya tarik dan tekan. Sementara daya rekat yang baik membantu mengikat batu bata, blok beton, atau bahan bangunan lainnya bersama-sama dengan erat. 

Apabila terjadi gempa bumi, gaya-gaya tarik dan tekan yang kuat terjadi di seluruh bangunan. Mortar dapat membantu mengurangi dampak gempa dengan menahan gaya-gaya ini dan mempertahankan integritas bangunan. Selain itu, bahan ini juga dapat membantu mengurangi celah dan keretakan di antara bahan bangunan yang berbeda. 

Dalam membangun hunian tahan gempa, ada beberapa ciri yang perlu diperhatikan. Mulai dari pondasi yang kuat, struktur yang simetris, penggunaan bahan dengan bobot ringan seperti baja ringan, dan menggunakan mortar yang memiliki kekuatan tekan dan daya rekat yang baik. Dengan memperhatikan ciri-ciri ini, diharapkan risiko kerusakan atau bahkan keruntuhan bangunan saat terjadi gempa bisa diminimalkan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.